Toraja Culture

Rumah Adat Toraja​​​

June 22, 2024 | by torajaculture.com

Rumah Adat Toraja​​​

Pendahuluan: Rumah Adat Toraja​​​

Torajaculture.com Di jantung Sulawesi Selatan, terhampar Tanah Toraja, sebuah wilayah yang terkenal dengan budayanya yang unik dan memukau. Salah satu ciri khas budaya Toraja yang tak terpisahkan adalah Rumah Adat Toraja​​​ atau yang dikenal dengan sebutan Tongkonan.

Tahukah anda seperti apa rumah adat Toraja

Kabupaten Tana Toraja adalah sebuah wilayah di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Distrik Makale merupakan pusat Kabupaten Tana Toraja. Kabupaten Tana Toraja memiliki luas wilayah 2.054,30 km² dan berpenduduk 288.202 jiwa. Moms mungkin sudah banyak mengetahui tentang budaya Toraja karena banyak media yang membicarakannya, khususnya pesta Rambu Solo.

Masyarakat dari seluruh dunia tertarik dengan budaya Toraja karena sangat berbeda dengan budaya lain. Namun bukan hanya hal-hal yang di lakukan orang saja yang menarik untuk di lihat rumah tradisional juga menarik. Rumah Toraja jenis ini di sebut Tongkonan. Ada beberapa hal menarik dari rumah klasik ini yang patut Anda ketahui.

Keunikan Rumah Adat Toraja​​

Apa yang akan Anda lihat dari rumah adat Tongkonan di Tana Toraja Sulawesi Selatan, pastinya belum pernah Anda lihat sebelumnya. Tongkonan berasal dari kata “ tongkon ” yang berarti duduk atau menempati tempat. Pada saat yang sama, ma’tongkon sedang duduk bersama yang lain. Jadi, Tongkonan adalah rumah para pemimpin adat sekaligus tempat berkumpulnya keluarga dan teman.​​​

Buku Injil dan Tongkonan: Inkarnasi, Kontekstualisasi, Transformasi ( 2008 ) karya Theodorus Kobong menyebutkan, awalnya sepasang suami istri membangun rumah bersama anak dan cucunya. Mereka menjadikan rumah itu sebagai tongkonan untuk anak dan cucu mereka. Oleh karena itu, tongkonan tidak dapat di klaim atau di miliki oleh satu orang pun. Sedangkan masyarakat Toraja mewariskannya dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui garis keluarga mereka.​​​​​

Sejarah Pembuatan Tongkonan

Tongkonan merupakan rumah panggung berbentuk persegi yang bagian atasnya menyerupai punggung perahu. Namun ada pula yang menganggap atap rumah asli Toraja ini bentuknya seperti tanduk kerbau. Jika di rawat dengan baik, atap yang terbuat dari daun kelapa atau nipah ini mampu bertahan hingga lima puluh tahun. Sejarah Tongkonan di mulai dari pembangunan rumah berdinding tebing dan beratap daun, berdasarkan buku Kasdar tahun 2018 Arsitektur Benteng dan Rumah Adat di Sulawesi.​​

Masyarakat juga mengetahui kapan akan muncul tiang berbentuk segitiga tersebut, yang merupakan waktu penambahan keempat tiang tersebut.​​​​​ Selanjutnya pada masa kehalusan, masyarakat mengetahui bahwa ornamen berbentuk simbol menunjukkan kepada pemilik rumah betapa pentingnya seseorang dalam masyarakat. Pemilik rumah Tongkonan dianggap lebih penting jika memiliki lebih banyak tanduk sapi.​​​​​

Bertahan Bertahun-tahun

Rumah adat Toraja ini sekilas terlihat sangat mirip dengan perahu kerajaan Tiongkok. Rumah tongkonan pada zaman dahulu hanya di peruntukkan bagi para kepala marga atau raja beserta anak cucunya. Kata orang, rumah adat ini kuat dan bisa bertahan hingga ratusan tahun. Sebab, hanya benda-benda tertentu saja yang di gunakan untuk membuat Tongkonan. Seperti kayu besi atau kayu aru yang berumur 10 tahun.

Dipasangkan dengan Alang Sura ‘ 

Tonkonan mempunyai rumah ukiran yang di sebut banua sura ‘ dan rumah induk berukir di sebut juga gudang. Orang menganggapnya sebagai tanda sepasang suami istri.​​​​ Rumah Tongkonan terkadang mempunyai rumah panggung besar dan gudang tak berukir yang bentuknya seperti lemba.​​ Banua dan alang menggantikan orang tua.​ Banua ibarat seorang ibu yang menjaga anaknya.​​

Sedangkan alang melambangkan ayah yang merupakan batu karang keluarga.​​​​​ Alang dan banua letaknya bersebelahan, namun memiliki tujuan yang berbeda.​​ Masyarakat menyimpan beras yang masih bertangkai di alang. Tikus tidak bisa masuk ke alang karena tiangnya terbuat dari kayu enau.​ Bagian depan bangunan terdapat ukiran ayam dan matahari, yang keduanya merupakan tanda masalah telah teratasi.​​​​​ 

Di tengah-tengah antara banua dan alang terdapat lapangan besar yang di sebut ulu ba’ba.​ Masyarakat pada umumnya bekerja di sini, menjemur padi di sini, dan membiarkan anak-anaknya bermain di sini. Pada saat yang sama, ini menjadi tempat yang menyatukan kompleks tersebut. Orang juga sering melakukan amalan untuk orang mati di halaman ini.

Beragam Jenis Rumah Adat Tongkonan

Masyarakat Toraja masih menggunakan cara lama dalam kehidupan sehari – hari, sehingga memunculkan berbagai macam model Tongkonan.​​​

Berikut adalah beberapa jenis rumah tongkonan di Tana Toraja:

  1. Tongkonan Layuk dan Tongkonan Mungkin Pekamberan atau Pekaindoran Tongkonan layuk adalah tongkonan pertama yang di tempati oleh masyarakat yang memegang hukum adat. Ada pula jenis yang kedua yang di sebut tongkonan jasamberan yang di gunakan untuk melaksanakan aturan adat, perintah, dan kekuasaan di setiap wilayah pimpinan.
  2. Tongkonan Tongkonan yang ketiga adalah tongkonan batu Ariri yang berasal dari Batu Ariri. Masyarakat suku Toraja yang ingin membangun Tongkonan pertamanya bisa berkumpul dan tinggal di rumah adat bergaya ini.​​​​​ Rumah adat Toraja, Tongkonan, merupakan salah satu rumah yang unik baik dari segi maupun bentuk rumahnya. Kalau ke Tana Toraja, jangan lupa melihat langsung Tongkonan.​​ Benar – benar indah dan unik.​ Para ibu melakukan lebih dari sekedar berlibur dan mempelajari hal – hal baru. Mereka juga membantu melindungi rumah adat Toraja sebagai bagian penting dari sejarah budaya Indonesia. Jangan lupa untuk mengajari anak Anda tentang tradisi dan sejarah daerah tempat Anda tinggal di Indonesia.​​ 

Penutup: Rumah Adat Toraja​​​

Menjelajahi Rumah Adat Toraja, atau Tongkonan, bagaikan membuka jendela menuju dunia yang penuh dengan keunikan, makna filosofis, dan nilai-nilai luhur Suku Toraja.

RELATED POSTS

View all

view all