Pendahuluan: Upacara Adat Rambu Solo
Torajaculture.com Kebudayaan masyarakat Toraja dikenal sangat berbeda dan istimewa. Upacara Adat Rambu Solo atau Aluk Rambu Solo adalah salah satu upacara pemakaman. Sekitar satu juta jiwa mendiami suku Toraja yang tersebar di Provinsi Sulawesi Selatan. Tana Toraja yang indah membuat tempat ini menjadi tempat yang terkenal bagi para wisatawan.
Ritual Tradisional
Ritual tradisional merupakan bagian penting dari banyak budaya Toraja, dan suku ini tidak bisa melepaskannya. Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat Toraja masih mengikuti adat istiadat yang di turunkan secara turun temurun. Ritual adat Rambu Solo atau di kenal dengan Aluk Rambu Solo masih sangat penting. Aluk merupakan kepercayaan, cita-cita, aturan, atau ritual ketat yang di wariskan secara turun temurun.
Cara tradisional untuk menghormati seseorang yang telah meninggal adalah dengan mengadakan upacara pemakaman yang di sebut dengan upacara adat Rambu Solo. Bagi masyarakat Toraja, kematian adalah perjalanan dari dunia ini menuju dunia roh, tempat orang beristirahat. Maka, untuk mencapai tujuan tersebut, keluarga yang di tinggalkan harus menjaga jenazahnya dengan baik.
Masyarakat suku Toraja percaya bahwa seseorang benar-benar telah meninggal jika semua syarat untuk prosesi upacara Rambu Solo terpenuhi. Jika tidak, orang yang meninggal akan tetap di perlakukan seperti orang sakit dan perlu di beri makan, di beri minuman, dan di tidurkan.
Upacara Adat di Rambu Solo
Peristiwa yang sangat penting dan menghabiskan banyak waktu dan biaya adalah rangkaian upacara adat Rambu Solo. Wajar jika upacara ini di lakukan berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah seseorang meninggal karenanya. Karena kerbau dan babi di sembelih dan upacaranya memakan waktu lama, maka acara Rambu Solo memakan banyak biaya. Ada banyak kemeriahan dalam acara ini, babi dan kerbau juga di bagikan kepada masyarakat sekitar.
Berawal dari laman ITJEN Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Layuk Saroenggalo salah satu anggota komunitas memaparkan maksudnya.
“ Kenapa sisa makanan orang Toraja di jadikan untuk penguburan ? ” “ Harta tersebut perlu di kembalikan kepada masyarakat dalam bentuk sosial agar anak-anak orang yang meninggal terbiasa untuk tidak mengambil warisan. ”
Tingkatan Upacara
Ada berbagai cara dalam penyelenggaraan acara adat Rambu Solo berdasarkan kelas sosial masyarakat. Ada tingkatan yang berbeda dalam proses ini, dan setiap tingkat memiliki bentuknya sendiri-sendiri.
- Upacara Dissili’ merupakan upacara pemakaman bagi orang-orang terbawah, atau anak-anak yang belum mempunyai gigi. Ada 4 jenis lagi upacara semacam ini.
- Kebanyakan orang hanya perlu menghadiri Upacara Di Pasangbongi selama satu malam. Mulai dari menyembelih 4 ekor babi hingga 2 ekor kerbau, upacara jenis ini juga hadir dalam 4 bentuk yang berbeda.
- Upacara di batang atau di sebut juga Digoya Tedong merupakan upacara yang di peruntukkan bagi masyarakat kalangan menengah. Ada tiga jenis acara ini, dan masing-masing berlangsung selama tiga, lima, atau tujuh hari. Jumlah kerbau dan babi yang di sembelih sebagai kurban berkisar antara 3 hingga 7 ekor.
- Upacara Rapasan yang hanya di peruntukkan bagi orang-orang yang sangat penting saja. Dua kali setahun, acara semacam ini di adakan. Peristiwa pertama di sebut Aluk Pia, dan peristiwa kedua di sebut Aluk rante. Acara ini membunuh 9 hingga lebih dari 100 babi dan kerbau, yang di bagi menjadi 3 kelompok.
Prosesi Upacara Adat Rambu Solo
Ada dua jalur utama dalam prosesi Upacara Adar Rambu Solo. Yang pertama adalah prosesi pemakaman atau Rante, dan yang kedua adalah pertunjukan seni. Tidak ada pemisahan antara kedua langkah ini. Hal kedua biasanya terjadi dalam satu pemakaman, yang berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Namanya Rante, kejadiannya berada di lapangan tengah kompleks rumah adat Tongkonan.
Ada beberapa bagian berbeda dalam parade Rante:
- Ma’Tudan Mebalun, artinya di kuburkan dalam kain kafan oleh prajurit tertentu yang di kenal dengan nama To Mebalun atau To Ma’kayo
- Bila benang emas dan perak di gunakan untuk menempelkan atau menghiasi peti mati, ini di sebut Ma’Roto
- Alang, atau proses menurunkan jenazah ke dalam gudang untuk dimakamkan, pada 3 Maret
- Ma’Palao, di tulis juga Ma’Pasonglo, adalah proses pemindahan jenazah dari kawasan rumah Tongkonan ke Lakkian yang merupakan kompleks makam
- Nilai-Nilai Masyarakat dan Budaya dalam Upacara Adat Rambu Solo Selain membuat acara semakin menarik, prosesi pertunjukan seni juga merupakan salah satu cara penghormatan dan mendoakan orang yang meninggal
Beberapa kebudayaan menampilkan, seperti Ma’pasilaga Tedong yang merupakan aksi mengadu kerbau, dan Ma’tinggoro Tedong yang merupakan aksi menyembelih kerbau. Sapi-sapi tersebut kemudian digiring berkeliling dan di bunuh dengan sekali ayunan parang. Dalam upacara Rambu Solo juga di hadirkan berbagai jenis musik dan tarian tradisional.
Beberapa cita-cita yang menunjukkan masyarakat Toraja adalah saling membantu, bekerja sama, dan saling berhubungan. Masyarakat Toraja juga beranggapan bahwa nasib buruk akan menimpa masyarakat yang tertinggal jika upacara adat Rambu Solo tidak di laksanakan. Oleh karena itu, masyarakat Toraja masih melakukan ritual tersebut hingga saat ini.
Penutup: Upacara Adat Rambu Solo
Upacara Adat Rambu Solo’ di Tana Toraja bukan sekadar ritual pemakaman, melainkan sebuah perayaan penghormatan terhadap arwah leluhur dan penegasan nilai-nilai luhur dalam budaya Toraja. Upacara ini mencerminkan kearifan lokal masyarakat Toraja dalam memaknai kematian dan kehidupan.
RELATED POSTS
View all